Beritakan pada dunia.
Bahwa aku telah sampai pada tepi .
Untuk menyelamatkan mereka.
Kini melayang di tengah ruang.
Di mana tak berpisah malam dengan
siang.
Hanya lautan yang hampa dipenuhi
cemerlang bintang.
Tak ada lagi cita-cita.
Sebab semua telah terbang bersama
kereta ruang ke jagat tak berhuni.
Berilah aku satu kata puisi.
Daripada seribu rumus ilmu yang penuh
janji .
Yang menyebabkan aku terlontar kini
jauh dari bumi .
Bumi telah tenggelam dan langit makin
jauh mengawang.
Jagat begitu dalam, jagat begitu diam.
Aku makin jauh, makin jauh .
Dari bumi yang kukasih.
Hati makin sepi.
Jagat begitu tenang.
Makin jauh, makin kasih hati kepada
mereka yang berpisah.
Demi menyelematkan penduduk Bumi.
Berjuta planet telah kulintasi.
Tak satu pun ku menemukan tempat
berteduh.
Satu kuhampiri satu itu juga menjauh.
Hanya berbekal keingintahuan dan pengorbanan.
Badai dan rintangan telah kuhadapi.
Ingin rasanya ku kembali.
Rindu semuanya.
Tetapi dunia membutuhkanku untuk tetap berada
disini.
Ombak telah melebur.
Pegunungan es telah menghantamku.
Tapi itu semua tak mampu meluluhkan
tekadku.
Saat semuanya telah mampu kulalui.
Sebuah dimensi waktu membuatku terpaku
sejenak.
Berteriak mencari jalan keluar.
Disana kini ku kembali melihat.
Masa laluku bersama bayanganku.
Ingin sekali ku mengulang semuanya.
Tapi semua itu tak mungkin kulakukan.
Walaupun kini aku berada disini.
Aku baru menyadari kalau dimensi dan
dunia bersatu.
‘Mereka’ adalah dimensi ini.
Tuhan dan juga takdir.
Semua itu hanya terhubung dengan satu
tarikan.
Titik dan garis.
Dua hal itu yang kulakukan sebelum
meninggalkan dunia.
Sesak dan air mata menghiasi
mencekamnya ruang ini.
Nafasku seolah ditelan oleh waktu.
Saat ku terbangun, semuanya telah
berubah.
Alam tak lagi sama.
Pepohonan tinggi menjulang didepan
mata.
Dunia pun seakan telah terbalik.
Hatiku mulai menghentak.
Dimanakah aku sekarang?
Dimanakah ‘mereka’?
Kini langkahku kembali terhenti di
awan.
Rasa sepi itu kembali mengusikku.
Menghancurkan segenap pertahananku
yang telah terbangun kokoh.
Bagai kristal yang hancur terhantam
tebing.
Kini hanya tetesan air hujan yang
membasahi.
Tetapi lagi-lagi seberkas cahaya
mendorongku.
Semakin kuat dan tak bisa kulepas.
Separuh jiwaku kembali pergi.
Membekas di udara.
Di planet yang tak terlihat ini.
Jerih payah dan keringatku tak
sia-sia.
Inilah yang kupunya.
Yang aku berikan pada orang-orang.
Aku terduduk lega.
Semuanya berakhir indah.
Interstellar.
By: Noor Vitria Ayu
Note : Sebenarnya puisi ini saya buat tugas Jurnalistik saat menonton film "Interstellar". Maaf sebagian puisi di bait pertama, saya melihat sedikit dari orang dan saya ubah sedikit. Engga ada maksud apa-apa ko apalagi buat copas. Saya hanya mengambil inspirasi dari puisi tersebut selain itu beberapa kata-katanya banyak yang saya ubah, Mohon maaf bagi para pembaca dan sang penulis. Selamat menikmati blog saya kembali :) Keep smile...
Komentar
Posting Komentar